Pada saat itu, Raja Alam Neraka,
Raja Yama tiba di tempat penginapan Bhagavan Buddha pada awal malam. Mula-mula,
dengan menggunakan pakaian Dewa, bunga-bunga-an yang cantik, wangi-wangi-an dan
perhiasan-perhiasan lain, Baginda telah memberi penghormatan dan membuat
penyembahan kepada Bhagavan Buddha, sebelum ber-jalan mengelilingi Bhagavan
Buddha se-banyak tujuh kali. Sambil ber-sujud penuh, Baginda telah memeluk
tapak kaki Bhagavan sebagai tanda hormat, kemudian-nya ber-kata, "Hamba
men-dengar bahwa Tathagata sedang ber-khotbah memuji Amalan Dharani ber-kuasa ini; Hamba datang
karena ingin belajar dan seterus-nya meng-Amal-kan-nya. Hamba akan selalu me-lindungi
Makhluk yang menerima, membaca, me-lafal-kan, dan mem-praktek-kan Amalan Dharani ber-kuasa ini, dan meng-halangi
mereka dari ter-jatuh ke dalam Alam Neraka karena mereka telah mengikuti Ajaran
Tathagata."
Pada masa itu, ke-empat-Maha Raja Langit
Pelindung Dunia - Catur-Maharaja (Empat Raja Surga), telah mengelilingi
Bhagavan Buddha tiga kali, lantas me-mohon dengan penuh hormat,
"Bhagavan
Buddha, sudi-lah Tathagata dapat men-jelas-kan dengan teliti cara-cara untuk
meng-Amal-kan Dharani ini."
Bhagavan Buddha pun ber-ucap kepada
Empat Raja Surga itu, "Dengar-lah dengan penuh perhatian. Demi kepentingan-Mu
dan juga kepentingan Makhluk-makhluk ber-usia pendek, Tathagata akan ber-khotbah
tentang cara-cara untuk meng-Amal-kan Dharani
ini."
"Mula-mula, seseorang itu harus
me-mandi-kan diri dan me-makai pakaian bersih yang baru, mematuhi dan meng-amal-kan
Petua-petua 'precept' dan me-lafal-kan
Dharani ini seribu kali pada Hari Bulan
Purnama - Hari ke-15 Bulan Lunar. Ini akan mem-boleh-kan Orang itu me-lanjut-kan
usia-nya dan sentiasa bebas daripada penderitaan akibat sakit. Semua halangan
karma-nya, termasuk yang boleh menyebabkan-nya menderita di Alam Neraka, akan
di-basmi-kan ke-semua-nya. Jika burung, binatang dan Makhluk lain men-dengar Dharani ini walau pun sekali, se-lepas
tamat-nya hayat ini, mereka tidak akan lahir lagi dalam rupa badan yang kotor
dan kasar begitu."
Bhagavan Buddha meneruskan lagi,
"Sekira-nya ada yang menderita akibat penyakit tenat ter-dengar Dharani ini, ia akan senantiasa bebas
dari penyakit tersebut. Semua penyakit yang lain turut di-basmi ber-sama dengan
karma buruk yang sepatut-nya menyebabkan-nya ter-jerumus ke haluan buruk. Se-lepas
akhir hayat ini, ia akan lahir semula dalam Dunia Kebahagiaan Tertinggi. Dari
hayat tersebut seterus-nya, tidak akan ia lahir semula dari rahim. Sebalik-nya,
di mana jua ia lahir semula, ia akan men-jelma dari bunga teratai. Ia akan
selalu meng-ingat dan meng-amal-kan Dharani
ini di samping mendapatkan pengetahuan tentang Kehidupan silam-nya tidak kira
mana ia di-lahir-kan."
Bhagavan Buddha menambah kata,
"Sekira-nya ada yang telah melakukan ber-bagai kegiatan buruk dan dosa
berat sebelum meninggal dunia, ia sudah tentu-nya akan ter-jerumus ke Alam Neraka,
Binatang atau 'Hantu-Lapar', atau pun ke dalam Neraka Avici besar, atau lahir semula
sebagai hewan air, atau dalam rupa burung dan binatang ber-dasar-kan dosa-dosa
yang di-lakukan-nya se-lepas akhir hidup-nya. Sekira-nya ada Orang yang
kemudian mengambil se-bahagian daripada tulang rangka Mendiang, dan sambil
memegang se-genggam tanah, me-lafal-kan Dharani
ini 21 kali dan se-lepas itu di-tabur-kan pada tulang-tulang itu. Ini akan mem-boleh-kan
Mendiang lahir semula di Surga."
Bhagavan Buddha ber-ucap lagi,
"Sekira-nya seseorang itu boleh me-lafal-kan Dharani ini 21 kali sehari, ia ber-hak menerima segala Pahala Alam Dunia,
dan akan di-lahir-kan semula dalam Dunia Kebahagiaan Tertinggi se-lepas
meninggal dunia. Sekira-nya ia sering me-lafal-kan Dharani ini, ia akan mencapai Maha
Parinirvana dan ber-upaya melanjutkan usia-nya di samping menikmati hidup
yang amat bahagia. Se-lepas hidup ini ber-akhir, ia akan lahir semula di salah
satu Tanah Suci Buddha yang mengagumkan dan selalu di-dampingi oleh Para
Bhagavan Buddha. Ke-semua Tathagata akan senantiasa ber-khotbah tentang Kebenaran
mendalam Dharma yang mengagumkan, dan ke-semua Bhagavan Buddha akan
mengaruniakan penetapan Kesadaran Mulia kepada-nya. Cahaya yang memancar dari
tubuh-nya akan menyinari seluruh Penjuru Tanah Suci Buddha"
Bhagavan Buddha men-jelas-kan lagi,
"Untuk me-lafal-kan Dharani ini,
pada mula-nya, seseorang itu harus meng-guna-kan tanah yang bersih dan suci
untuk membina tempat pemujaan empat segi yang saiz-nya mengikut kemampuan
masing-masing di hadapan Rupang
Bhagavan Buddha.
Setelah itu, Orang itu harus
menaburkan ber-bagai rumput-rampai dan bunga di atas tempat pemujaan itu, dan
mem-bakar ber-bagai jenis kemenyan ber-mutu. Kemudian, sambil ber-lutut dengan
me-letak-kan lutut kanan di atas lantai, me-lafal-kan Nama Buddha dengan penuh
konsentrasi dalam hati, dan me-letak-kan ke-dua belah tangan dalam bentuk
simbol Mudrani (yaitu dengan mem-bengkok-kan
jari penunjuk dan menekan-nya ke bawah menggunakan Ibu jari; ke-dua belah tapak
tangan di-hadap dan di-posisi-kan di hadapan dada) dengan penuh penghormatan,
seseorang itu harus me-lafal-kan Dharani
tersebut se-banyak 108 kali.
Kemudian, bunga-bunga-an akan meng-hujani
tempat pemujaan itu dari awan dan akan seterus-nya di-jadi-kan penyembahan
universal kepada Para Bhagavan Buddha se-banyak butir-an pasir yang terdapat
dalam delapan puluh delapan ratus ribu koti
nayuta Sungai Gangga.
Para Bhagavan Buddha akan me-muji
dengan serentak, "Unggul ! Jarang sekali ! Sesungguh-nya Beliau seorang Pengikut
Bhagavan Buddha yang setia !" Pada masa yang sama, dia akan mencapai Samadhi. Kebijaksanaan Yang Tidak
Terhalang, dan Samadhi Yang Di-hiasi
Minda Maha Bodhi dengan serta-merta. Demikian-lah cara untuk menepati Amalan Dharani ini."
* * * * * * * * *